About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful.

Kamis, 17 April 2014

3 dalam TigA

3 dalam TigA
Pelajaran yang didapatkan dalam tiga tahun mungkin saja sangat berharga namun, dalam tiga bulan saja bisa hancur dan sia-sia.
Aku tidak bercanda, dan itu mungkin saja terjadi. Ini kisahku selama tiga bulan. Tiga bulan yang mau tidak mau harus dijalani. Ya, kau tahu? Seperti bernafas, mau tidak mau kamu harus bernafas untuk hidup. Ilmiahnya orang, akan mengingat kejadian menyenangkan yang mereka alami. Lalu apa yang terjadi denganku ?
Wacana ini ditulis karena tuntutanku di suatu jejaring sosial, bacalah meskipun ini tidak menarik, dan tuliskan komentarmu. Hidup ini membosankan. Sebenarnya bukan angka tiga yang ingin aku bahas, tapi entah kenapa angka ini selalu muncul.

*
   Saat itu, aku bisa dikatakan sebagai orang yang
penuh mimpi dan ambisi. Aku menyukai semua hal yang berkaitan dengan menggambar dan menulis. Aku menyukai hidupku, karena menurutku, setiap detik itu berbeda, setiap detik itu baru. Aku selalu bisa mengisi hari-hariku dengan sangat meyenangkan dan baru. Aku hampir tidak pernah mengatakan bosan.
Animasi, itulah yang aku pikirkan ketika seseorang menanyakan tempat yang aku inginkan untuk PKL –Praktek – Kerja – Lapangan. Jadi, aku memutuskan untuk PKL di Bandung, tempat animasi. Aku sudah menceritakan hal ini kepada orangtuaku, dan kakakku. Dan luarbiasa... mereka menyetujui keinginanku, dan mereka sudah punya rencana untuk menempatkan aku bersama sanak keluarga di Bandung, Mbak Teti namanya, seorang dokter dengan tiga orang anak, wanita karier yang sibuk, anak pamanku yang berasal dari Surabaya. Semua terasa menyenangkan. Aku dan mimpiku.
Tidak semua keinginan berjalan sesuai kehendak. Aku tahu itu. Dan aku mengalami itu. Guru produktif memberi tahu bahwa tempat PKL animasi di Bandung sudah penuh, dan tidak bisa menerima lagi. Ouugh.... seharusnya aku tahu, ini terlalu indah untuk menjadi kenyataan.
   Tersisa dua tempat pilihan, studio photo dan studio televisi lokal. Aku dan seorang temanku sempat tak ingin berpisah, kami ingin bersama saat PKL, padahal salah satu dari kami harus memutuskan pilihan dan berpisah. Setelah semua pertimbangan, dan akhirnya aku memilih studio televsi lokal. Ini kesempatan terakhir. Jalan terakhir. Aku tahu, rencana Tuhan selalu lebih baik daripada rencanaku sendiri.
Ini semua tidak pernah terfikirkan. Ini semua terlalu semu untuk jadi kenyataan. Aku sudah tak memiliki pilihan, jika aku berlari maka aku harus meninggalkan semuanya dan memulai dari nol. Mendapat yang tidak kita sukai itu biasa, namun menerima apa yang tidak kita sukai itu luar biasa. Aku mencoba merubah pemikiranku, merekonstruksi semua dari dasar. Ini buruk, aku tidak memiliki basic apapun di dunia entertainment, bahkan pagelaran seniku saja mendapat nilai cukup. Aku takut.
**
Waktu terus saja berjalan, hingga aku harus memulai tiga bulanku dengan “hari pertama”. Buruk. Sepulang dari “dunia tiga” aku harus mencuci paru-paruku. Aku tidak menyangka mereka – crew – sudah bosan hidup. Mereka perokok aktif. Mungkin setelah tiga bulan disini aku harus menggalang aksi dunia bebas asap rokok. Aku sempat berdebat dengan salah satu crew tentang rokok. Aku mencoba membuat dia yakin, bahwa peringatan di bungkusan rokok itu benar-benar serius. Dan kemudian beberapa hari setelah itu peringatan rokok berubah menjadi “PERINGATAN : ROKOK MEMBUNUHMU!” Aku nyaris saja bertekad untuk mencuci pari-paruku setiap hari. Jika tidak, paru-paruku........... Hiks..... aku bisa menangis setiap hari karena hal ini. Ini salah satu motivasiku untuk segera kembali kesekolah. PKL itu tidak menyenangkan.
***
Dan... apa kau tahu ?? aku menemukan teman baru. Pertama tigaorang. Ita, Awal, dan Yoga. Kisah pertamaku ketika bertemu Yoga, aku melihat dia sedang mengepel teras depan, dia menggunakan kaos abu-abu panjang yang lengannya digulung, celana jeans pensil hitam, dilehernya ada kalung dengan motif bulat-bulat berwarna hitam, rambutnya tegak berdiri, jika saja hujan tahu, maka tahu-tahu itu menempel dirambutnya haahaa .... JK. Jujur saja, pertama melihatnya sedang beraksi dengan kain pel, aku kira dia salah satu karyawan bagian kebersihan. Ooopss.... Aku baru tahu kalau dia anak PKL ketika si Boss menanyakan
kenapa ini anak kakinya pincang ??. Dia menjawab,
“Habis jatuh dari motor, nabrak tembok.”
Waduuh..... sakti amat. Aku harap temboknya baik-baik saja...
Aku sempat bersama di distudio, dia sepertinya sangat ekspresif. Aku juga di beritahu kalau dia jago menggambar, dia juga sempat cuti untuk mengikuti FLSN melukis. Keren kan ?????
Kedua dan ketiga, Ita dan Awal, aku mengenal mereka ketika “ajang perkenalan penuh racun” sebenarnya ketiga anak ini memiliki kulit putih bersih, cukup menarik. Mereka juga tidak terlalu cerewet, mereka jarang bercanda, kecuali Yoga. Awal itu diam dan dingin dan pelit dan pintar dan aku tidak mengerti bicaranya yang cepat dan tingginya sedikit diatasku dan mempunyai mata sayu nan bulat.
Ita, dia asyik diajak bercerita, bahkan aku sudah banyak bercerita dengan dia, dia juga sering jajan, sering mengajak jajan – makanya kami jarang jajan ketika dia sudah pulang – logat bicaranya kental dengan jawa – dia pernah mengatakan
“kalo seep itu artinya ganteng ya ...??”
Spontan semuanya tertawa, haha...... Dia juga misterius, masa aku gak dikasih tau akun jejaring sosialnya, dia paling tekun mengajari kami caranya siaran. Hingga aku bisa menggantikan posisinya. Yeee......
Tapi... aku tidak pernah diajak liputan ke luar. Hmmm...
Di akhir pertemuan, Awal yang mendapat – jadi rancu karena nama –rank tertinggi, dan Yoga terakhir.
****
Cerita selanjutnya, aku mengerti maksud dari kata  b o s a n. Siaran itu melelahkan, etah kenapa, padahal tidak harus berlari, berpanas-panasan, tapi ini benar-benar melelahkan. Paling lelah adalah hari Sabtu, karena aku harus menjadi AVM mixing di acara langsung, artinya aku harus siap menjadi “objek penderita”.
Aku kehilangan antibody cukup banyak selama PKL, ya, itu artinya aku harus sering-sering absen karena sakit dan beristirahat dirumah, dengan udara sehat tentunya. Kehilangan beberapa berat badan. Baju menjadi terlalu besar. Mata sayu. Langganan angin malam. Langganan hujan. Menderita. Tiga bulan tidak belajar matematika rasanya aku tidak ingat penjumlahan.
*****
Kini tinggal kurang dari dua minggu aku disini, dan aku masih akan mengatakan bahwa PKL itu tidak menyenangkan. Aku ingin sekolah seperti biasanya. Huuffft...... Padahal aku sudah berniat diet mengeluh. Cerita selanjutnya tentang konflik, rahasia, penilaian, dan say good bye akan aku sambung setelah aku duduk di bangku sekolah lagi.
“Aku menyukai caranya bersikap jutek.....”
A n i s  M a l i a  S o l i h a h t

@AllInOurLive “3 dalam TigA”


0 komentar:

Posting Komentar