About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful.

Selasa, 19 Februari 2013


DISAAT DAKU TUA
Disaat daku tua, bukan lagi diriku yang dulu.

Maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku.

 

Disaat daku menumpahkan kuah sayuran dibajuku,

Disaat daku tidak lagi meningat cara mengikatkan

 tali sepatu,

Ingatlah saat-saat bagaimana daku mengajarimu,

Membimbingmu untuk melakukannya.

 

Disaat daku dengan pikunnya mengulang

terus menerus ucapan yang membosankan mu,

Bersabarlah mendengarkanku,

jangan memotong ucapanku.

Dimasa kecilmu. Daku harus mengulang dan

mengulang terus sebuah cerita yang telah daku ceritakan ribuan kali,

hingga dirimu terbuai dalam mimpi.

Disaat daku membutuhkanmu untuk memandikanku,

Janganlah menyalahkan aku. Ingatkah dimasa kecilmu,

Bagaimana daku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi?

 

Disaat daku kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern,

Janganlah mentertawaiku.

Renungkanlah bagaimana daku dengan sabarnya menjawab setiap “mengapa” yang engkau ajukan saat itu.

 

Disaat kedua kakiku terlalu lemah untuk berjalan,

Ulurkanlah tanganmu yang kuat dan muda

untuk menopangku.

Bagai dimasa kecilmu daku menuntunmu melangkahkan kaki untuk belajar berjalan.


 

Disaat daku melupakan topik pembicaraan kita,

Berilah daku sedikit waktu untuk mengingatnya.

Sebenarnya, topik pembicaraan bukanlah hal yang penting bagiku, asalkan engkau berada disisiku untuk mendengarkanku, daku telah bahagia.

 

Disaat engkau melihat diriku menua,

Janganlah bersedih.

Maklumilah diriku, dukunglah daku,

bagaikan daku terhadapmu

disaat engkau mulai belajar kehidupan.

 

 

 

 

 

 

 

Dulu daku menuntunmu menapaki jalan kehidupan ini,
Kini temanilah daku hingga akhir jalan hidupku.
Berikanlah daku cinta kasih dan kesabaranmu.
Daku akan menerimanya dengan senyuman penuh syukur.
Didalam senyumku ini, tertanam kasihku yang tak terhingga padamu
 
 



 

RENUNGKANLAH WAHAI PERMAISURIKU

 Tundukan pandangan sebagai penghias kedua matamu

 

 Lakukan sholat dimalam hari sebagai penghias dirimu danciumlah keharuman taqwa

 

 Oleskan lipstic kejujuran pada kedua bibirmu, pastikan lebih bersih dan cemerlang

 

 Gunakan poleskan pipimu dengan kosmetik yang terbuat dari rasa malu yang diproduksi dari salon keimanan

 

 

 Bedakilah wajahmu denga air wudu agar selalu bersih dan halus dihari kiamat

 Bawalah rambutmu dengan perawatan jilbab menangkis polusi dari mata kharom yang mengandung virus dosa

 

 Cucilah air matamu/hatimu dengan alunan ayat-ayat Al-Qur’an  yang dapat menumbuhkan wibawa yang simpatik, tampilkan dengan langkah-langkah sopan yang penuh simpatik keyakinan, maka akan kuat kau temui kegunaan yang disenangi

 

 Hiasilah  tanganmu dengan gelang dermawan dan hiasilah jiwamu dengan cincin persaudaraan

 

 Kencangkanlah ikat pinggangmu dengan puasa agar terlihat langsing dan menawan

 

 Tambatkanlah pakaianmu dengan taubat nasuha, agar tidak terlunta-lunta di akhirat nanti.

Selasa, 05 Februari 2013


Saksikan Puisi Berikut yang dibuat dengan menitikan air mata.,,


Bintang

Di stasiun senja duduk sendiri

Menunggu harapan yang datang di depanku

Ku terus diri menatapi duduk sendiri meratapi semua ini

Bintangku tak juga menghampiri ku