CAI
(CINTA ALAM INDONESIA)
TAHUN 2013/2014
Dimulai pada
hari Selasa tanggal 13 Agustus 2013, saat dimana aku harus menikmati usiaku
yang dikategorikan sebagai mudi-mudi, aku akan pergi mengikuti asrama CAI yang
memang harus aku ikuti sebagai kewajibanku. Acara pembukaan akan dilaksanakan
setelah solat Magrib, jadi sebelum solat magrib kami (rombongan mudi-mudi
Barat) harus sudah sampai di lokasi, Bumi Perkemahan Pondok Pesantren
Syaifurrahman. Biar keren sedikit.
Acara akan berlangsung selama 3 hari karena itu, aku membawa tas yang lumayan
kembung, ditambah aku membawa termos kecil, untuk antisipasai kalau – kalau aku
membutuhkannya. Mulai dari perlengkapan untuk tidur sampai tidur kembali. Tapi
tentu saja aku tidak membawa kasur ataupun bantal, karena kami terbiasa untuk
tidur beralaskan karpet berselimutkan sarung, berbantalkan tas kembung itu
tadi.
Mobil
rombongan menjemput kami pada pukul 17:00, padahal kami sudah
menunggu selama hampir 3 jam, ya kami sudah stand
by sejak pukul 14:00. Ternyata benar dugaan kami, mobil itu sudah sesak
oleh muda/i dari kelompok lainnya. Dengan sedikit memaksakan tubuh untuk
berdesakan akhirnya kami bisa berangkat dan sampai di tujuan dengan selamat.
Meskipun muda/i disana sudah berbaris rapih untuk bersembahyang Magrib. Setelah
magrib, panitia memberitahukan untuk peserta yang belum melaksanakan registrasi / pendaftaran, diharapkan
segera malakukan registrasi.
Akhirnya aku
pergi ke Aula dimana aku dan peserta lainnya akan tidur dan menerima materi.
Tepat si depan aula, seorang pemuda sudah duduk dikursi dengan meja bertuliskan
“Tempat Pendaftaran Putri” . Aku menyerahkan sekeresek beras seberat 2 kg
sebagai syarat pendaftaran. Seharusnya satu orang satu kilogram beras ditambah
uang sepuluh ribu rupiah, aku memberikan 2 kg karena aku mendaftar atas nama
sendiri dan atas nama kakakku. Aku sedikit kikuk saat berhadapan langsung
dengan pemuda itu, entah karena masih linglung perjalanan selama satu jam, atau
karena bingung tidak tau harga, atau mungkin karena pemuda itu bicara dengan
lugat Jawa. Saat aku bilang “ Ini uangnya”, pemuda itu malah meminta sebentar,
karena uangnya sedang diambil oleh pemuda lainnya. Setelah menunggu, pemuda
kedua datang dengan membawa toples – toples berisikan uang seraya berkata dengan
lugat Jawa “Eh, lali,, pulpene
ketinggalan”. Tak salah lagi pemuda itu adalah Beni, teman baik temanku.
Setelah pemuda pertama mengambil pulpen miliknya, ia mulai bertanya, nama, asal
kelompok, dll. Selesai dengan wawancara singkat, aku memberikan uang sebesar
dua puluh ribu, dengan perhitungan untuk uang pendaftaran aku dan kakakku. Tapi
ternyata si pemuda itu malah memberi kembalian sebesar seribu rupiah, aku
terkejut bingung, lho kok??, Si pemuda berkata ini kembalian untuk mbak Anis. Saat itu aku sempat diam
terbingung, dan akhirnya aku menyerahkan ung dua puluh ribu lainnya, untuk
Kakakku. Kami sempat berlempar pembicaraan membahas harga makalah yang menurut
perkiraan seharga belasan ribu dan ternyata hanya seharaga semilan ribu untuk
dua makalah, sangat jauh dengan 2 tahun sebelumnya saat aku mengikuti Asrama CAI
pertamaku. Over acting terjadi saat
kuku tanganku secara tidak sengaja menyentuh tangan pemuda itu, aku sangat
bingung karena tentu saja itu dosa, dia bukan mahram saya. Aku buru – buru
berkata “Oops...”. Tapi Si pemuda tidak bereaksi apapun, dan itu membuatku
semakin salah tingkah. Aku buru – buru pergi dari barisan antre, dan Beni
berteriak dengan nada tenang menanyakan “Makalahnya udah belum?”. Aku spontan
berkata “ Eh, belum”. Dan kembali mengambil 4 buah makalah dengan perasaan
malu.
Ini cerita singkatku, apa ceritamu??
Please coment... !
0 komentar:
Posting Komentar